JOHANNES Kepler lahir pada tanggal 27 Desember 1571 di kota Weil der Stadt, Swabia, di bagian barat daya Jerman. Kakek Kepler dari pihak ayah bernama Sebald Kepler, seorang perajin kenamaan yang juga menjabat Wali Kota Well der Sebald. Kakek dari pihak ibu bernama Melchior Guldenmann, yang juga seorang wali kota di Eltingen. Ayah Kepler bernama Heinrich Kepler, seorang prajurit yang tangguh. Sejak 1574 sampai 1576, Kepler tinggal bersama kakek neneknya di Weil der Stadt. Pada tahun 1576, orang tuanya pindah ke suatu tempat dekat Leonberb, dan di sana Kepler memasuki sekolah Latin.
Pada tahun 1584, Kepler memasuki Seminary Protestan di Adelberg, dan pada tahun 1589 ia mulai memasuki dunia kuliah di Universitas Protestan Tubingen. Di Tubingen ini ia belajar teologi dan melahap banyak bahan bacaan. Ia meraih gelar M.A. pada tahun 1591 dan melanjutkan belajar layaknya seorang sarjana.
Guru Kepler dalam bidang matematika bernama Michael Maestlin (1580-1635). Maestlin adalah seorang ahli astronomi perintis yang meyakini teori heliosentris Copernicus, meskipun di kampus Maestlin hanya mengajar sistem Ptolemeus.
Karena keahliannya dalam bidang matematika, Kepler diundang oleh Tycho Brahe, ahli astronomi, ke Praha untuk menjadi asistennya dan menghitung orbit baru dari planet-planet hasil pengamatan Tycho. Kepler pun pindah ke Praha pada tahun 1600. Kepler bekerja menjadi asisten Tycho sampai Tycho meninggal pada tahun 1601. Kepler meneruskan pekerjaan Tycho sebagai ahli matematika pemerintahan sampai tahun 1612 ketika Raja Rudolph II turun takhta.
Kepler beruntung karena mewarisi banyak catatan astronomis Tycho. Setiap catatan ia pelajari dengan cermat. Pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan dalam diri Kepler adalah: mengapa ada jarak di antara tiap-tiap orbit planet dalam tata surya Copernicus? Bagaimana gerak planet mengitari matahari sebenarnya? Apakah planet memang beredar dalam orbit-orbit berbentuk lingkaran sempurna seperti kata Copernicus? Kemudian Kepler mencoba berbagai model orbit tanpa henti-hentinya. Akhirnya, ia menemukan lintasan planet yang mengelilingi matahari dan ia kemukakan hukumnya seperti yang ia tuangkan dalam bukunya Astronomia Nova (”New Astronomy” ; ”Astronomi Baru”). Dalam bukunya ini, ia mengemukakan dua hukumnya. Hukum pertama : ”bahwa semua planet beredar mengelilingi matahari dalam lintasan yang berbentuk elips, dengan matahari terletak di salah satu titik apinya (fokusnya)”. Hukum kedua : ”bahwa garis yang menghubungkan tiap planet ke Matahari menyapu luasan yang sama dalam waktu yang sama”.
Pada tahun 1610, Kepler mengetahui penemuan dari Galileo tentang teleskop. Beberapa tahun kemudian, Kepler menemukan teleskop yang tepat. Ia kemudian melaporkan hasil pengamatan terhadap satelit-satelit Jupiter seperti yang telah ditemukan Galileo sebelumnya. Hasil pengamatannya merupakan dukungan hebat bagi Galileo. Kepler melanjutkan upayanya menyusun suatu teori mengenai teleskop dalam bukunya Dioptrice pada tahun 1611.
Pada tahun 1619, Kepler menerbitkan Harmonice Mundi (“Harmony of the World” ; “Keselarasan Dunia”). Dalam Keselarasan Dunia itu ia mendasarkan perhitungan jarak planet dan waktu tempuh perjalanannya pada harmonisasi musikal. Dalam buku ini tertulis hukum ketiga Kepler yaitu ”kuadrat perioda setiap planet mengelilingi Matahari sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet tersebut ke Matahari”.
Keselarasan Dunia bukan hanya mencerminkan keteraturan gerak planet, tetapi juga keindahan tata surya itu sendiri. Keselarasan Dunia adalah keteraturan gerak planet-planet. Keselarasan Dunia adalah keindahan musikal. Tata surya Kepler menyuarakan keselarasan nada yang mengingatkan kita kembali pada simfoni langit Phythagoras sekitar 20 abad sebelumnya. Lalu, dari manakah Kepler mengkomposisikan musik langit itu? Kepler menghitung kecepatan planet sepanjang orbitnya, kemudian mencari frekuensi nada yang bersesuaian. Akibat kecepatan yang berbeda-beda sepanjang lintasannya, nada yang dihasilkan tidak monoton, melainkan terentang sepanjang selang musik yang jelajah frekuensinya merupakan fungsi kelonjongan orbit planet.
Setelah menghitung kecepatan gerak Bumi mulai dari aphelion (titik terjauh dari matahari) hingga ke perihelion (titik terdekat ke Matahari), Kepler menyimpulkan bahwa Bumi melagukan ”mi-fa-mi” sepanjang masa. Segera ia menafsirkan nyanyian bumi ini sebagai miseria-fames-miseria yang artinya kesengsaraan silih berganti dengan kelaparan. Kepler memang hidup dalam kepedihan yang sepertinya tiada berakhir. Ia hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan, dan konon dalam perkawinannya pun tak pernah bahagia. Hanya delapan hari setelah Kepler menemukan hukum keselarasan dunia, istri dan anaknya meninggal. Kemudian ibunya dipenjarakan karena dituduh tukang sihir (tetapi akhirnya dibebaskan lewat persidangan dengan pembelaan Kepler). Kemiskinan pula yang memaksa Kepler membuka praktik astrologi, sebuah pekerjaan yang amat tidak ia sukai. Johannes Kepler meninggal pada tanggal 15 November 1630 di Regensburg, Jerman.
Kepler bukan hanya astronom dan musikus tata surya. Ia juga dikenal sebagai penulis fiksi ilmiah. Bukunya yang berjudul Somnium berkisah tentang suatu pengembaraan ke Bulan. Hanya, sebagai seorang ilmuwan, Kepler tidak berani berkhayal terlalu jauh untuk membayangkan wahana antariksa yang akan membawanya ke sana dalam sekejap. Supaya aman, Kepler memulai kisahnya sebagai sebuah mimpi. Namun setelah orang dapat mengamati Bulan dengan teleskop, terbuktilah betapa mengagumkan gambaran Kepler tentang topografi Bulan yang sesungguhnya tidak pernah ia lihat. (Dede Nurrosyid, dari berbagai sumber)***